MALANG - Memilih program studi (Prodi) di perguruan tinggi, butuh
strategi. Jika tidak, siswa yang nilai rapornya bagus atau nilai ujian
nasional (UN) nya tinggi, bisa jadi tidak lolos ke perguruan tinggi
pilihannya.
‘’Setiap prodi punya passing grade dan peminat yang beragam. Jadi harus
pasang strategi urutan pilihan saat mendaftar di perguruan tinggi,’’
ungkap Pembantu Rektor 1 UB, Prof Dr Ir Bambang Suharto kepada Malang
Post.
Bambang menjelaskan, urutan pilihan saat mendaftar juga menjadi
pertimbangan penting. Sebab bisa jadi siswa yang nilainya biasa saja
tapi karena memilih UB pada pilihan pertama berpeluang diterima
dibandingkan siswa dengan nilai tinggi tapi menempatkan UB pada pilihan
kedua.
Sebab tahun ini saja, pada jalur undangan atau seleksi nasional masuk
perguruan tinggi negeri (SNMPTN) yang diumumkan kemarin, UB hanya
menyeleksi siswa di pilihan pertama saja.
‘’Kami sudah tidak melihat lagi pendaftar pilihan kedua di UB, karena
pendaftar pilihan pertama saja sudah melebihi kuota,’’ ujarnya.
Tahun ini di jalur SNMPTN, UB menerima sekitar 7.700 mahasiswa. Mereka
tersaring dari 71 ribu pelamar yang memilih UB. Jumlah peminat UB
melalui jalur SNMPTN ini menduduki peringkat ketiga setelah Universitas
Padjadjaran (75.000) dan Universitas Gadjah Mada (72.000).
Mereka berasal dari sekitar 2.000 Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. SMA tersebut terseleksi dari
4.000 sekolah yang masuk ke UB.
Sebaran jumlah ini merata dari Aceh sampai Papua. ‘’Kita memang memiliki
kepentingan agar mahasiswa dan alumni UB bisa tersebar merata ke
seluruh Indonesia. Jika penilaian hanya berdasar nilai saja, maka
khawatirnya hanya siswa dari Jawa saja yang akan diterima,’’ tambahnya.
Penerimaan mahasiswa baru melalui SNMPTN kali ini dikoordinir langsung
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Kemendikbud RI).
Melalui Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS), seluruh perguruan
tinggi negeri di Indonesia bisa mengakses data kandidat pelamar yang
memilihnya, untuk kemudian diseleksi. Semua data baik akademik maupun
non akademik bisa diakses di PDSS ini.
Dengan model penerimaan menggunakan PDSS yang dimulai pada 2013 ini,
seluruh SMA di Indonesia bisa memasukkan siswanya baik sekolah tersebut
terakreditasi ataupun tidak.
Hal ini berbeda dengan 2012, dimana hanya sekolah yang terakreditasi A
dan B saja yang bisa mengikuti jalur PSB. Model seperti ini menurut
Bambang sarat kepentingan dan bisa mengurangi obyektifitas data yang
masuk PDSS.
‘’Bisa saja orang tua siswa dan guru memanipulasi agar nilai rapor siswa
bagus karena memang seleksi hanya berdasar nilai rapor,’’ kata Bambang.
Karena itulah UB menjadwalkan verifikasi pada pendaftaran ulang yang
akan diselenggarakan pada tanggal 18-19 Juni nanti. Seluruh pelamar
diminta membawa berkas asli dan tidak boleh salinannya saja.
Kepala SMAN 4, Tri Suharno mengakui ada satu siswanya yang pandai dan
memiliki rangking bagus di sekolah tapi tidak diterima di jalur undangan
FK UB. Sementara ada siswa lain yang rangkingnya masih dibawahnya
ternyata lolos FK UB. Menurutnya hal itu mungkin saja terjadi karena
siswa yang bersangkutan salah strategi dalam memilih.
‘’Mungkin juga ada komponen nilai yang tidak memenuhi passing grade di
Kedokteran UB sehingga siswa kami yang selalu rangking di sekolah tidak
diterima di FK UB,’’ bebernya.
Dikutip dari malang Post 30 Mei 2013
No comments:
Post a Comment