RADAR MALANG - Forum Ilmiah Pendidik (FIP) Kota Malang mengungkap hasil analisanya terkait ujian nasional (UN) utama SMA 22-24 April lalu. Hasilnya, FIP menemukan banyak kelemahan dalam UN SMA. Khususnya pada komposisi dan kualitas soal.
Kesimpulan itu muncul setelah forum yang beranggotakan guru-guru pengajar mata pelajaran sains di Kota Malang ini melakukan evaluasi total soal UN SMA. Ketua FIP Dr Sutirjo mengatakan, berdasarkan analisa FIP, terjadi kesamaan antara soal kode A dan kode B. Padahal, format awal, termasuk dalam prosedur operasional standar (POS) UN SMA, format soal dibuat berbeda dengan sistem kode.
Dengan begitu, antara siswa satu dengan siswa lain tidak bisa melakukan kerjasama. "Buktinya, soal kode A dan B sama persis. Hanya tukar nomor saja," kata Sutirjo.
Tukar nomor yang dimaksud misalnya soal matematika. Nomor satu soal dengan kode A bisa menjadi nomor tiga di soal kode B. Sedangkan jawaban pilihan yang disajikan benar-benar sama. Tanpa sistem acak sebelumnya. "Kalau ingin dibedakan, tidak seperti ini. Tapi, harus benar-benar beda modelnya," ujarnya.
Karena ada kesamaan kode, maka esensi soal yang sebenarnya sama menjadi tidak bisa digunakan sebagai parameter. Praktis, kondisi itu mengakibatkan tujuan mengukur kemampuan siswa tidak tercapai. Akibatnya, siswa yang mendapat soal kode B rugi. Selain itu, urutan logis keilmuan dalam soal hilang dan esensi keadilan dalam ujian tak terpenuhi. "Fakta-fakta itu perlu didiskusikan kembali," tandasnya.
Jika tidak ada pembahasan lebih lanjut, kata guru MTsN I Malang ini, dikhawatirkan kasus yang sama terjadi pada UN SMP sederajat. Padahal, UN SMP hanya menyisakan enam hari ke depan. "Kalau memang mau diacak soalnya, mestinya sekalian opsi jawaban," ucap dia.
Bukan itu saja, beberapa soal juga tak sesuai dengan standar kompetensi lulusan (SKL). Misalnya pada mata pelajaran (mapel) Fisika. Di dalamnya, ada materi tentang parabola dan periode planet. Padahal, dalam SKL tidak ada.
Adanya soal tak sesuai SKL tersebut juga dibenarkan Kepala Sekolah (Kasek) SMAN I Drs M. Shulton MPd. Shulton mengatakan, hampir semua siswanya protes karena kondisi tersebut. Untuk program IPA, soal matematika dan fisika banyak yang menyimpang dari SKL. Sedang program IPS, soal sosiologi dan geografi juga kurang sesuai SKL. "Anak-anak paham betul SKL UN. Ada satu materi saja yang keluar dari SKL, mereka langsung tahu," ujar Shulton. (nen/war)
1 comment:
yaiyalh soalny sama .. kalo beda ,, semisalny kode soal a pada lulus semua , tp kode b bnyk yg tdk lulus , pasti siswa yg dpt soal b akan protes karna merasa soal mrk susah ..
Post a Comment